Andriezzu: Just The Way I am: Aku Terima Semua Skenario-Mu Tuhan

Aku Terima Semua Skenario-Mu Tuhan

Rabu, 19 Januari 2011

Mungkin mengucapkan sebaris kalimat “Yah, ini kan memang sudah jalan-Nya”, itu sangat mudah. Terlalu sering nasihat seperti itu kita dengar. Lain lagi, “jodoh, rezeki, hidup, mati, itu sudah Allah yang atur, manusia hanya bisa berusaha, tapi Takdir lah yang menentukan”. Tapi,,, dalam kondisi kalut, bisakah nasihat (yang sebenar-benarnya sudah kita yakini) itu bisa masuk ke kalbu??? Jawabnya: BELUM TENTU.

Fractura hepatica = Broken Heart = Patah hati, siapa yang meragukan sakitnya? :D
Marah, sedih, kesal, kehilangan, sesak, hampa, kalut, emosi jiwa, stres, dendam kesumat, gak terima, depresi, dan sebagainya. Campur aduk gak jelas. Saat itu yang terasa hanya serba tidak jelas. Nasihat kanan-kiri, wara-wiri, didenger sih, tapi cuma numpang lewat. Ada yang masuk, ada banyak yang enggak, makanya berulang-ulang nanyain hal yang sama, berulang-ulang curhat dengan bahasan yang sama...Hehehe...FYI, suka atau tidak suka mengakuinya, saat ini aku mengalaminya...(*maaf untuk yang bosan mendengarnya, :D)

Mau sampai kapan lingkaran setan depresi patah hati ini mau diteruskan? Jawabannya adalah sesingkat-singkatnya, tanpa memaksa (semakin dipaksa semakin susah malah), pelan tapi pasti. Bagaimana mengakhirinya? Dengan ikhlas... dan untuk iklhas kita harus rela... untuk rela, kita harus mau menerima... dan untuk menerima dengan lapang dada, kita harus bersyukur... Kuucapkan berkali-kali, “Allah, aku terima semua skenariomu, senang-susahnya, tangis-tawanya, tidak ada yang sia-sia untukku”

Pelan-pelan aku menghapus tanya “ Mengapa aku harus dipertemukan dengannya? Mengapa dia tega? Mengapa dia begini, mengapa dia begitu?”. Hmmmh (*menghela nafas), pertanyaan mengapa hanya akan membawa pada perasaan tidak terima, marah, emosi, dendam, ingin menyakiti, sampai naluri membunuh (wkwkwk, lebay!). Lalu kujawab semua diksi tentang “mengapa” dengan “skenario Tuhan”, dan tidak ada yang jelek dibalik itu semua.

Tuhan lah yang mengaturnya, Tuhan lah yang membuat skenarionya. Tuhan memberikan 2,5 tahun waktu untuk menyelesaikan episode panjang tentang “aku dan dia”. Tuhan memberikan masing-masing peran, padaku dan padanya untuk saling berbagi dan saling memperbaiki. Melalui perannya, aku menjadi pribadi yang lebih baik, dan melalui peranku ia menjadi pribadi yang lebih baik. Babak terakhir untuk menyelesaikan episode panjang itu mungkin terasa unhappy dan sedikit sakit untuk kami berdua, dan mungkin juga mengecewakan “penonton” di sekeliling kami berdua. Sakitku, lukaku, marahku karenanya hanyalah sebuah babak, yang melatihku dan membuatku lebih kuat dan kuat lagi. Saat ini, hatiku sedang didalamkan, dibesarkan, dan diluaskan kemampuannya (*kata Pak Mario Teguh). Aku marah padanya, itu mungkin saja, tapi aku tidak membencinya. Untuk apa membenci seseorang? Cuma mengotori hati dan defisit energi. Lagipula aku tak kan sanggup membencinya. Tuhan hanya sedang memintanya menjalankan peran antagonis sebagai seorang yang berbuat salah. Itu saja. Dan sepertinya ia pun tak menyukai peran itu (*semoga ia sadar, lalu memperbaiki diri, semoga Tuhan menuntunnya, dan kembali memberikan kepercayaan “peran baik” untuknya). Pun aku tak menafikkan banyak hal baik yang telah ia lakukan untukku. Terimakasih untuk-Mu Tuhan, dan untuknya juga.

Aku telah mengambil banyak pelajaran dari episode panjang yang sudah kami lewati. Setelah ini, aku hanya ingin diam sementara waktu. Mungkin aku terlalu lelah dengan “babak terakhir” itu. Tuhan, aku mendoakan yang terbaik untuknya. Jaga dan lindungilah ia, dimanapun, kapanpun, dengan siapapun dia berada. Mungkin kemarin ia bosan dengan peran protagonis, lalu ingin mencoba tantangan baru untuk peran antagonis, tapi aku harap ia tidak benar-benar menyukai peran barunya. Semoga Tuhan memanggilnya kembali dan memberikan lagi peran protagonis untuknya. Dan semoga ia bahagia, dengan apa yang ia cari.

Tuhan, aku terima semua yang terjadi, dan mengikhlaskannya. Terimakasih. Setelah menulis ini, sungguh hatiku menjadi lebih lega. Saat ini, aku hanya diam dan menunggu rasa “lelah” itu pergi. Hingga aku siap dengan episode baru tentang aku dan ... (*entah siapa, biar Tuhan yang tentukan saja).


Commemorate togetherness of us,
Juny 2008-January 2011

Karena cinta ku ikhlaskan
Segalanya kepada-Nya
Untuk cinta tak pernah
Ku sesali saat ini
Ku alami ku lewati

Suatu saat ku 'kan kembali
Sungguh sebelum aku mati
Dalam mihrab cinta ku berdoa semoga

Suatu hari kau kan mengerti
Siapa yang paling mencintai
Dalam mihrab cinta ku berdoa padaNya

(Dalam Mihrab Cinta, By: Afgan)

0 komentar:

Andriezzu: Just The Way I am Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template for Bie Blogger Template Vector by DaPino