Andriezzu: Just The Way I am: Desember 2009

Mengurai Pikir

Rabu, 16 Desember 2009

Gak tau sebenarnya apa yg mau aku tulis sekarang. Yang pasti aku cuma pengen nulis. Mengurai semua yg ada di kepala dan apa yg sedang bergejolak di dada atas peristiwa yg terjadi padaku pagi ini. Sepertinya akan jadi tulisan yg agak lebay, atau mungkin lebay banget coz ditulis dgn berapi-api sambil nahan emosi (hehehe, walo emosi tapi masih sempet ketawa koq). Hmmpfh (*menghela nafas)... aku tuh niat bimbingan, tapi koq malah kaya ujian lisan yah? Aku yg bodoh dan grogi ini bener2 speechless.

Pagi ini dengan semangat berapi-api, berangkatlah aku menemui seorang pembimbing. Track record ketemu dengan beliau di luar kegiatan kuliah atau praktikum sangatlah baik. Tapi entah kenapa pagi ini beda. Niatan awal, aku mau (sekedar) konsultasi topik penelitian (yg awalnya sudah dikonsultasikan dengan pembimbing yang lainnya). Jadi setidaknya aku akan dapat persetujuan, "yak, lanjutkan" ato "perlu ada perbaikan". Tapiiii.....

Baru dibaca judulnya aja, aku langsung ditanya per definisi... apa yang dimaksud "bla..bla..bla", kenapa "bla..bla..bla..", gimana patofisiologi "bla..bla..bla.." Daaaannn.... aku yg bodoh dan grogi ini langsung speechless... berpikirpun serasa gak sempet pada saat itu... Dan ditutup dengan pernyataan bahwa "bekalku tak cukup untuk melakukan penelitian itu". Endingnya, aku diarahkan untuk membongkar kerangka pikir yang sudah kubuat menjadi beberapa penelitian dan aku harus mengambil salah satu saja. Yang lainnya, bisa jadi ide buat yang lain kalau bersedia...

Di saat yang sama, aku juga menyaksikan temanku (satu bimbingan) mendapat masukan yang cukup memaksa,,, lagi2 hanya karena sebuah judul (yang sebenarnya belum pasti dipakai). Dalam hatiku berkata, "saya (dan teman saya ini) kemari untuk mendapat pencerahan, kami butuh bimbingan (karena kami memang masih bodoh), bukan untuk melaksanakan ujian lisan". Apa yang ada di otak kami sekarang memang belum cukup, tapi kami tidak ingin berhenti sampai di sini, bila kesempatan "penelitian" seperti yang kami ajukan memang ada, kami pasti akan belajar lagi. Saat ini, kami belum siap untuk ditanya ini dan itu hinga sedetail mungkin. Bahkan pertanyaan ringan saja bisa membuat kami ragu. Kami butuh penguatan, dukungan, bimbingan, pengarahan... kalaupun boleh jujur, saya juga semalem belajar,,,tapi di hadapan Anda (dosen pembimbingku tercinta), saya tak mampu berkata-kata... mikirpun serasa gak bisa... gak tau deh kenapa...grogi kali yaa??

Campur aduk rasanya. Bingung, aneh, kesal, sedih, bego, lemes, dan innocent (lho??). Rasanya di pikran bukannya cerah, malah jadi diselimuti awan kelabu dan mendung gelap pekat. Pengen nangis, pengen teriak, pengen mukul2 kentongan, pengen banting piring, dsb. dan ujung-ujungnya aku emang nangis beneran (sumpah, ngerasa gak terima banget pagi ini...). Tapi setelah nangisnya selesai, tiba-tiba pikiranku kembali... awan kelabu dan mendung gelap pekat itu sedkit demi sedikit lenyap...

Mencoba untuk positif thinking, yaa mengurai pikir yang ruwet kaya benang kusut jadi helaian satu demi satu. Membuang yang buruk dan mengumpulkan yang baik-baik. Segala sesuatu pasti ada hikmahnya, begitu juga dengan apa yang aku alami pagi ini. Pada dasarnya, tujuan dosen pasti baik. Gak ada pembimbing yang berniat (sungguh-sungguh) ingin mempersulit mahasiswanya. Hanya saja, mungkin caranya yang kurang bisa diterima seketika oleh si mahasiswa. Apa yang menurutku (mahasiswa yang gak pinter2 amat) sederhana, belum tentu "betul-betul" sederhana. Dan dosen pembimbing berupaya menunjukkan hal itu (dengan caranya). Lebih jauh dari itu... harus diakui... dengan jujur... dengan ikhlas dan penuh kerendahan hati... bahwasanya... sebenarnya... AKU MEMANG BELUM SIAP...
Yaa, aku mengakui ini,,, AKU BELUM SIAP MENELITI,,, bukan karena bekal yang diberikan oleh Bapak-Ibu dosen selama ini kurang banyak, tapi lebih karena aku yang belum memperdalam ilmunya...
Aku belum mampu melakukannya sekarang... Yang aku bisa, berpikir satu-satu (mumet kalo mikir bareng-bareng). Aku mau mengakhiri semester ini dulu, UAS dulu, dan istirahat sejenak alias liburan dulu...

Well, dengan begini, berakhirlah "gonjang-ganjing" yang menimpaku pagi ini. Dengan kejujuran pada diri sendiri, rasanya akan lebih tenang. Introspeksi dan terus memperbaiki diri, juga membekali diri. Seperti yang pernah aku tulis di status FB'ku beberapa hari yang lalu, " daripada cape2 menuntut orang lain (dan lingkungan) untuk berubah mengikuti apa yang kita mau, akan lebih mudah menuntut diri sendiri agar lebih adaptatif". Maka, akulah yg dituntut untuk lebih adaptatif dan berjiwa pembelajar... Semangat!!! Pasti bisa...

Untuk teman2 se PS'ku... semangat yah!!! Kita pasti bisa... saling bantu dan saling menguatkan... semoga nanti bisa lulusnya barengan, sama2 tepat waktu dan di waktu yang tepat ^^,)

Regards,

Seri Menasihati Diri Sendiri: Ruginya Marah2

Jumat, 11 Desember 2009


   Bayi aja kalo marah jadi gak lucu yah???




Huaaa, Koq ada manusia kaya gituh!!! Arrrrggghhh, aaaargggghhh, guk..guk..guk... (lho?)
Pengen banget makan orang rasanya kalo lagi marah... Padahal, kenapa harus marah sih??



Marah, terjadi akibat situasi eksternal maupun internal yang berlangsung tak sesuai harapan.Kita bisa marah karena orang, misalnya teman sekerja yang tak pernah tepat waktu. Bisa juga karena jalanan macet. Bisa juga marah karena masalah kita sendiri, baik yang sudah berlalu, yang sedang dialami, atau yg diprediksi akan terjadi. 


Secara alamiah, saat marah seseorang akan mengungkapkannya secara agresif hingga keadaan sekitar menjadi tidak nyaman. Seakan semua orang lain dapat merasakan uap yang menyembur dari tubuh orang itu. Begitu kuatnya hawa marah itu, sehingga tak hanya orang yang dapat merasakannya, hewan pun mencoba menghindarinya saat itu. Mungkin itulah kenapa orang yang lagi marah-marah gak digigitin nyamuk (lho?).



Perubahan Biologis dan Psikologis
Marah itu memang sesuatu normal, ya karena keadaan yang tidak diharapkan memang tidak menyenangkan untuk dihadapi. Tapi walaupun normal, marah, mulai dari intensitas yang ringan sampai berat, menurut psikolog yang juga pakar di bidang marah dari Departemen Psikologi University of South Florida, Charles Spielberger, PhD, biasanya akan disertai dengan perubahan psikologis dan biologis. Saat marah, ritme jantung dan tekanan darah akan menaik. Maka, tidak heran bila para peneliti seperti Dr. Redford William dari Duke University dan Dr. Robert Sapolsky dari Stanford University menemukan bahwa amarah, ngamuk, dan kebencian (termasuk iri, dengki, dendam, dst).secara khusus merusak sistem kardiovaskular. (gaya euy, ngomongnya penelitian...hikiki)



Selain sistem kardiovaskular, perubahan yang sama juga terjadi pada hormon tubuh. Adrenalin dan noradrenalin meningkat. Hormon lain seperti corticosteroids dan cathecolamine akan terproduksi lebih banyak. Akibatnya, sistem kekebalan ditekan dan metabolisme tubuh akan kacau. Prof. Dr. Aboe Amar Joesoef, dr.,Sp.S, dari bagian Neurologi FK Unair-Rsu Dr. Soetomo, Surabaya menyebutkan, dalam berbagai penelitian menunjukkan ada kaitan antara emosi negatif dengan peningkatan kadar sitokin proinflamatorik dan peningkatan rasa nyeri. Sementara emosi positif berkaitan dengan penurunan sitokin proinflamatorik dan rasa nyeri. Sitokin inflamatorik merupakan hormon yang berperan menjaga keseimbangan tubuh bila terjadi kekacauan. Munculnya hormon ini biasanya akan menimbulkan gejala yang dikenal dengan “sickness behaviour”. Situasi "sickness behaviour" ditandai dengan sekumpulan gejala seperti; badan menjadi panas, rasa lemah, malaise (malesss banget), gelisah, sulit konsentrasi, depresi, hilangnya nafsu makan dan masih banyak lagi.


Dalam Pengobatan Tradisional Cina (Tradisional Chinese Medicine-TCM), kemarahan diartikan sebagai rasa terganggu yang menyebabkan aliran Qi (energi) terbalik dan berjalan ke arah atas tubuh. “Keadaan ini bisa merusak Qi di hati,” jelas Dr. William Adi Teja, spesialis penyakit dalam lulusan Beijing University. Maka untuk mengatasinya, perlu ada emosi lain yang menyeimbangkannya, yakni dukacita. Kesedihan akan membuyarkan rasa marah.


Perlu Sabar dan Toleran
Mengungkapkan kemarahan sebenarnya gak perlu dengan terus terang dan agresif, sebaliknya juga jangan menekan rasa marah atau menyembunyikannya. Yang paling baik adalah mengungkapkan kemarahan itu dengan tenang, dan tidak dengan cara agresif. “Ini adalah cara yang paling menyehatkan bagi setiap orang,” jelas Charles. Namun, untuk bisa demikian, Anda mesti belajar. Tokoh Spiritual dari Tibet, Dalai Lama dalam sebuah wawancara dengan seorang psikiater anggota American Board of Psychiatry and Neurology, Howard C. Cutler, M.D, mengatakan “Kita tidak dapat mengatasi amarah dan kebencian hanya dengan menekan emosi-emosi ini. Kita perlu aktif menumbuhkan antidot-antidot untuk melawan kebencian dengan bersikap sabar dan toleran,” Dalam kehidupan sehari-hari, toleransi dan sabar mempunyai manfaat besar. Pengembangan ketrampilan ini memungkinkan kita melestarikan dan mempertahankan kesadaran kita. Hasil akhirnya adalah kesediaan memaafkan. “Bila Anda betul-betul sabar dan toleran, maaf akan datang dengan sendirinya,” jelas Dalai Lama. Jadi, memaafkan adalah cara menghapus kemarahan dengan sangat sehat.


Cek-cek, Jangan-jangan butuh pertolongan darurat mengatasi kemarahan??

Lepas kendali, naik pitam, mengeluarkan kata-kata kasar adalah tanda-tanda orang sedang marah. Marah memang normal, bahkan kadang-kadang menyehatkan dan juga dibutuhkan. Tapi, marah juga bisa merusak diri sendiri dan lingkungan.
Coba cek seberapa mudah Anda marah dengan kuis kecil ini dari Larry Axmaker, EdD, PhD :
- Apakah orang mengatakan pada Anda bahwa Anda butuh menenangkan diri? - Apakah Anda selalu tegang?
- Sulit untuk mengatakan pada orang lain apa yang sebenarnya ada dalam pikiran Anda - Apakah Anda menggunakan alcohol atau obat untuk menenangkan diri?
- Apakah Anda mempunyai kesulitan tidur?
- Apakah Anda merasa bahwa orang lain tidak mendengarkan Anda atau mengerti Anda.
- Apakah orang yang Anda cintai atau dekat dengan Anda mengatakan bahwa Anda menyakitinya?
- Apakah Anda sering merasa menyerang seseorang entah secara verbal atau fisik Jika jawaban “ya” lebih dari dua, Anda mungkin butuh pertolongan dalam mengatasi kemarahan Anda.
 Menurut saya, pertolongan kemarahan itu cukup datang dari satu-dua orang sahabat. Cukup dengan curhat, ato ditambah sedikit nasihat kemarahan bisa hilang. Tapi curhatnya juga harus pada seseorang yg bisa dipercaya, gak ember dan paling gak mau mendengar (sukur-sukur bisa ngasi solusi). Harus dihindari: menampakkan diri di hadapan orang yang membuat kita marah, karena apa? alih-alih menyelesaikan masalah, justru bisa memperuwet masalah. Yang ada kita malah jadi naik pitam. Bicarakan langsung masalah yang menimbulkan kemarahan pada orang yang bersangkutan, pada saat kemarahan sudah reda, hati udah dingin, pikiran udah adem... Dengan begitu, pikiran jernih, hati bersih, masalah pun bisa ketemu solusi...
Perlu dihindar lagi: bergunjing, kalo ada apa2, kita harus bersikap dewasa. Utarakan kritikan atau masukan dengan cara bijaksana dan dewasa. Bergunjing tidak akan menyelesaikan masalah, alih-alih ketemu penyelesaian, bisa jadi malah memicu masalah baru. 



Andriezzu: Just The Way I am Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template for Bie Blogger Template Vector by DaPino